Yogyakarta



Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu

(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati
Musisi jalanan mulai beraksi, oh…
Merintih sendiri, di tengah deru, hey…
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
(untuk s’lalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh…
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali)
Tak kembali…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadi…

Semangat Gotong Royong dan Kebersamaan


Nilai Kepedulian masyarakat yang berada di pedesaan perlu diacungi jempol. Ketika ada hal-hal yang mengganggu kepentingan umum di desa, masyarakat dengan sigap dan ikhlas meluangkan waktu dan tenaganya untuk ikut berpartisipasi menyelasaikan permasalahan-permasalahan tersebut.

Gambar 1. Masyarakat desa Ngadirejo, Mojogelang, Kab. Karanganyar Jawa Tengah sedang bergotong royong memperbaiki jembatan

Seperti contoh diatas, masyarakat di desa Ngadirejo, Mojogelang, Kabupaten Karanganyar, sedang bergotong royong dalam memperbaiki jembatan yang merupakan prasarana penting di desa.

 Gambar 2. Seluruh elemen masyarakat desa baik tua maupun muda turut berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong perbaikan jembatan desa.

Masyarakat desa tersebut sangat antusias berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan jembatan desa untuk kepentingan bersama. Hal ini sangat berbeda dengan masyrakat kota yang cenderung mementingkan kepentingan individu masing-masing. Masyarakat kota telah mengalami pergeseran nilai moral kebersamaan dalam kehidupan bermasyrakat, sehingga tidak jarang kita menemui kenyataan bahwa sikap warga masyrakat kota yang acuh tak acuh terhadap lingkungannya, partisipasi masyarakat kota dalam kegiatan kerja bakti di lingkungan RT yang rendah, bahkan tidak jarang diantara tetangga yang bersebelahan rumahpun tidak saling mengenal satu sama lain dikarenakan mereka sibuk dengan urusan pribadi masing-masing. Hal ini dapat memperlebar jurang pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin, dan jika dibiarkan terus menerus maka akan terjadi disintegrasi bangsa yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.



Gambar 3. Masyarakat kota mempunyai kesibukan masing-masing sehingga tidak lagi begitu peduli dengan lingkungan sekitarnya dan membuat semakin lebarnya jurang pemisah antara golongan kaya dengan golongan miskin. Dalam gambar tampak seorang kakek tua yang sedang mengayuh sepeda usangnya berpas-pasan dengan mobil sedan mewah, sebuah pemandangan yang umum ditemukan di daerah perkotaan.

Oleh karena itu semangat gotong royong dan kebersamaan perlu dipupuk lagi di daerah perkotaan agar keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga menuju bangsa Indonesia yang makmur, adil dan  sejahtera.